Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Suku Champa Berasal Dari Aceh

Jumat, 26 Maret 2021 | 12:35 WIB Last Updated 2021-03-26T05:35:26Z

Para peneliti mengatakan budaya dan bahasa
Orang cham dari sisi antropologis, mereka disebut-sebut memiliki kaitan erat dengan bangsa-bangsa Austronesia lainnya, seperti Melayu, Filipina, dan Indonesia. Orang Campa menggunakan bahasa Cham ketika berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa tersebut masuk ke dalam rumpun bahasa Malayo-Polinesia.

Karakteristik ini membuat masyarakat Cham menjadi berbeda dengan sebagian besar penduduk Indocina lainnya yang merupakan penutur bahasa Austroasiatik (Viet, Khmer, dan Monik).

Sejarawan Anne-Valerie Schweyer berpendapat, nenek moyang orang Campa berkemungkinan besar berasal dari Malay sia, Indonesia, atau Borneo (Pulau Kalimantan). "Mereka telah melakukan perdagangan dengan penduduk Vietnam dan Kamboja sejak berabad-abad yang lampau," ungkap Schweyer dalam Ancient Vietnam: History, Art and Archaeology.

"Sejak abad ke-9, kekuatan politik dan kebudayaan orang Campa praktis mendominasi Vietnam Selatan selama seribu tahun," tulis sejarawan asal AS, Ernest C Bolt Jr, dalam salah satu jurnal yang diterbitkan Universitas Richmond, Virginia, pada 1997.

Hampir separuh dari usia Kerajaan Campa dipengaruhi oleh corak Hindu. Namun, sejak abad ke-10 hingga seterusnya, perdagangan maritim bangsa Arab membawa pengaruh budaya dan agama Islam yang kuat di negeri tersebut.

Kemiripan Budaya Champa dan Aceh Yang sangat Kental

Diambil Dari tulisan Mahrizal Paru seorang pelancong dari Aceh beliau menggambarkan begitu eratnya budaya champa dan Aceh saat berkunjung ke perkampungan Champa di Kambodja melalui tulisannya sebagai berikut;

"Kamboja, terasa seperti pulang ke kampung halaman di Aceh. Saya menemui banyak kemiripan bahasa, budaya, dan makanan seperti yang biasa kita lihat di kampung-kampung di Aceh.

 kesamaan antara Aceh dan Champa yang bisa kita jumpai.

Pulut yang merupakan penganan khas Aceh, juga terdapat di Kamboja.
Ketika berkunjung Ke Desa PraiThnung, Teqcho, dan Kampong Keh, Provinsi Kampot, dan Provinsi Koh Kong, Kamboja pada akhir tahun 2019, saya bertanya kepada warga muslim di sana tentang beberapa perkataan dalam bahasa lokal. Betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa perkataan tersebut sama bunyinya seperti dalam bahasa Aceh, misalnya ‘boh itek’ (telur itik) disebut ‘boh tek’, ‘boh manok’ (telur ayam) disebut ‘boh manok’, ‘aneuk lumo’ (anak sapi) disebut ‘neuk lumo’, ‘cicem” disebut ‘cem’, ‘ceng’ (timbangan) di sebut ‘cing’, ‘u’ (kelapa) disebut ‘u’. Masih banyak perbendaharan kata yang digunakan dalam bahasa Aceh mempunyai penyebutan yang sangat serupa dengan bahasa Champa dan bahasa yang digunaka oleh warga muslim Kamboja.

Di samping beberapa persamaan bahasa, warga muslim di selatan Kamboja ini mempunyai bentuk rumah yang juga agak mirip dengan rumah Aceh ‘rumoh manyang’. Kesamaannya dengan rumoh Aceh justru terletak pada guci yang diletakkan dekat tangga rumah dan seurayueng rumoh untuk menampung air. Hampir setiap rumah di daerah tersebut memiliki guci di luar rumah. Beda halnya dengan di Aceh, guci sudah sangat jarang bisa kita temui di rumah-rumah masyarakat Aceh saat ini. Selain itu, sebagian rumah warga di daerah tersebut masih menggunakan pompa air manual ‘pompa dragon’, pompa jenis ini biasa kita temui di masjid-masjid dan meunasah pada era tahun 80-90 an. Melihat secara langsung keberadaan guci dan pompa dragon, seperti kembali ke masa lalu.

Eumping ketan yang berupa beras ketan yang dipipihkan. sama seperti seperti makanan tradisional Aceh.
Persamaan lainnya yang bisa di temui adalah jingki atau alat penumbuk padi atau tepung dan talam (nampan). Jingki mempunyai bentuk dan cara kerjanya yang sama seperti yang digunakan oleh masyarakat Aceh, begitu talam (nampan) mempunyai ukuran dan motif yang sama seperti di Aceh. Keberadaan jingki dan talam menambah daftar benda yang sama-sama digunakan oleh masyarakat Aceh dan masyarakat Champa atau muslim Kamboja.

Di sisi lain, penulis juga berkesempatan melihat cara berpakaian kaum perempuan muslim di Kamboja yang sangat mirip dengan cara berpakaian kaum perempuan di Aceh, salah satunya adalah cara menutup rambut dengan melilit kain di kepala dengan ija sawak dan di pinggang menggunakan kain sarung.

Dari sisi makanan, terdapat beberapa jenis kue-kue tradisional yang sama seperti di Aceh yang saya jumpai dalam perjalanan ke Kamboja, seperti bhoi (bolu), kue cuco (cucur), bu payeh (pulut), payeh ruboh (pulut rebus), dan umpieng. Kemungkinan ada jenis-jenis kue lainnya yang sama dengan kue tradisional yang ada di Aceh. Saya juga berkesempatan mengunjungi warung kopi di kawasan muslim di Provinsi Koh Kong, seperti umumnya kita lihat di Aceh, warung kopi di wilayah ini juga didomininasi oleh kaum laki-laki. Ukuran gelas kopi yang disajikan juga sama seperti kopi pancong (setengah gelas) seperti umumnya disajikan di warung-warung kopi di Aceh.
Kue bhoi yang merupakan maidah hari lebaran di Aceh, juga ada di Kamboja.
 
Silaturrahmi dengan masyarakat Champa dan masyarakat muslim Kamboja perlu digalakkan, agar kita dapat mengetahui lebih dalam hubungan sejarah masa lalu antara Aceh dan Champa. Silaturrahmi ini dalam bentuk kunjungan, pertukaran pelajar, pemberian beasiswa untuk mahasiswa Kamboja di Aceh. Maupun penelitian lebih lanjut tentang Aceh dan Champa. Ketika mengakhir perjalanan ke Negeri Kamboja, penulis sempat mengatakan ke beberapa teman tajak u Kamboja, lagee ta woe u gampoeng di Aceh (Pergi ke Kamboja, seperti pulang kampung di Aceh).

 Champa banyak sekali disebutkan dalam narasi sejarah Nusantara.

sejarawan Asia Tenggara, Michael Vickery lewat The Cham of Vietnam, memperkirakan bahwa asal-usul orang Champa dari kepulauan Asia Tenggara.

Dugaan itu diperkuat karena kebahasaannya yang mirip dengan bahasa Melayu dan Aceh.

Vickery menjabarkan dalam bukunya, bahwa jalur migrasi Austronesia-Champa bermula dari Formosa, Kalimantan, dan berlabuh di Vietnam bagian selatan.

Dengan kata lain, ia menyimpulkan, bahwa orang Champa adalah pelaut yang maju pada masanya.

Dilihat dari segi budaya dan bahasa serta bentuk wajah mereka kemungkinan Besar orang Champa Berasal dari Acéh.

Copas graup wa