”
Di balik terang lampu yang hari ini menerangi rumah-rumah kita, di balik suara mesin yang menggerakkan industri, sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah, ada sekelompok orang yang bekerja tanpa banyak diketahui—bahkan sering kali tidak dihargai. Mereka adalah para pekerja PLN: teknisi, operator gardu, petugas lapangan, pengawas jaringan, hingga pemimpin yang mengatur ritme pasokan energi. Mereka adalah pejuang cahaya, yang bertarung melawan gelap bukan dengan senjata, tetapi dengan tenaga, ilmu, dan keberanian.
Di saat orang lain tidur nyenyak dalam kehangatan selimut, mereka masih berada di tiang listrik yang licin karena hujan. Di saat masyarakat berkumpul bersama keluarga saat libur, mereka berada di gardu induk memastikan tegangan stabil. Di saat bencana datang—angin ribut, banjir, petir, dan longsor—mereka berlari, bukan menjauh, tetapi menuju lokasi bahaya untuk menghidupkan kembali aliran listrik yang padam.
Sungguh tidak berlebihan jika kita menyebut mereka sebagai pahlawan tanpa seremoni, pejuang tanpa pangkat, dan patriot tanpa sorakan.
Cahaya Adalah Kehidupan
Bagi sebagian orang, listrik hanya dianggap tombol sederhana: tekan ON – lampu menyala, tekan OFF – lampu padam. Sesederhana itu. Tapi kenyataan di lapangan tidak semudah menekan saklar. Ada sistem besar yang menghubungkan pembangkit, transmisi, distribusi, gardu, instalasi, dan jaringan yang sangat luas. Semua itu dijalankan oleh tenaga profesional yang mengabdikan hidupnya untuk menjaga satu hal yang sangat kita nikmati tanpa kita sadari: terangnya kehidupan.
Listrik bukan hanya penerangan.
Ia adalah:
- Napas bagi rumah sakit dan unit gawat darurat
- Sumber tenaga bagi UMKM dan ekonomi rakyat
- Cahaya bagi anak-anak yang belajar di malam hari
- Harapan bagi daerah terpencil yang ingin maju
- Tulang punggung teknologi, komunikasi, dan mobilitas
Di era digital hari ini, mati listrik berarti mati aktivitas.
Karena itu, pekerjaan PLN bukan sekadar profesi.
Itu adalah pengabdian sosial dan tanggung jawab kemanusiaan.
Di Tengah Bencana, Mereka Berlari, Bukan Bersembunyi
Ketika banjir besar melanda Aceh baru-baru ini, listrik padam di banyak wilayah. Kabel putus, jaringan tumbang, gardu terendam, dan akses terputus. Di tengah hiruk pikuk evakuasi dan bantuan logistik, ada pakaian oranye dan helm kuning yang berjalan pelan di tengah air setinggi pinggang. Mereka memikul kabel besar di bahu, mengangkat tiang baru, memperbaiki trafo, dan naik ke atas tiang dalam terpaan angin dan hujan.
Mereka tidak memikirkan rasa takut.
Mereka memikirkan ibu yang menunggu oksigen di ruang ICU,
anak-anak yang menangis karena gelap,
umat yang ingin shalat berjamaah di masjid,
dan pedagang kecil yang harus tetap bekerja untuk menghidupi keluarga.
Bahkan ketika masyarakat mengeluh di media sosial, menghujat saat listrik padam, dan marah tanpa memahami situasi, mereka tetap menjalankan tugasnya dalam senyap, tanpa membalas, tanpa menuntut pujian.
Karena bagi mereka, menyalakan listrik adalah tugas mulia—bukan untuk dihargai, tetapi untuk dirasakan manfaatnya oleh orang banyak.
PLN dan Tanggung Jawab Masa Depan Bangsa
Bangsa yang besar bukan hanya dibangun oleh politisi, pengusaha, atau akademisi. Bangsa yang besar dibangun oleh semua yang bekerja sungguh-sungguh di bidangnya. Indonesia tidak akan maju tanpa energi yang stabil. Percepatan industri, digitalisasi pendidikan, pemerataan ekonomi, dan transformasi teknologi semuanya bergantung pada PLN.
Maka transformasi PLN menuju energi bersih, ekspansi listrik desa ke daerah terpencil, dan inovasi pelayanan digital bukan sekadar program teknis—tetapi bagian dari perjuangan besar menuju Indonesia emas.
Hari ini masih ada daerah pedalaman yang belum menikmati listrik secara merata. Namun sedikit demi sedikit, PLN terus membuka isolasi itu. Setiap kali kabel ditarik menembus hutan, setiap tiang berdiri di bukit terjal, dan setiap lampu menyala di desa terpencil, itu adalah kemenangan peradaban.
Karena satu lampu yang menyala dapat mengubah:
- Gelap menjadi harapan
- Keterbelakangan menjadi kemajuan
- Ketertinggalan menjadi masa depan
Masyarakat Harus Mendukung, Bukan Hanya Menuntut
Kita semua ingin layanan terbaik dari PLN—listrik stabil, murah, cepat, dan tidak ada gangguan. Tetapi sebagai masyarakat, kita juga harus dewasa dan memahami realitas. Ketika ada gangguan akibat badai, banjir, dan petir, itu bukan kesengajaan. Ketika ada pemadaman demi perbaikan, itu bukan kelemahan, tetapi langkah menjaga keselamatan dan kualitas.
Sikap bijak masyarakat sangat penting:
- Alih-alih marah, mari berterima kasih ketika listrik kembali menyala.
- Alih-alih menghina di media sosial, mari mendoakan keselamatan para petugas.
- Alih-alih hanya menuntut, mari ikut menjaga aset kelistrikan dari vandalisme dan pencurian.
Kalau belum bisa membantu, jangan menyakiti hati para pekerja yang mempertaruhkan nyawa demi kenyamanan kita.
Penutup: Terima Kasih Para Pejuang Cahaya
Untuk setiap petugas yang memanjat tiang listrik di tengah hujan
Untuk setiap teknisi yang bekerja hingga larut malam
Untuk setiap operator yang menjaga sistem tanpa henti
Untuk setiap keluarga petugas yang merelakan ayah atau ibunya pulang larut demi orang banyak
Kami ingin berkata dengan tulus:
Terima kasih, pejuang cahaya.
Terima kasih, PLN.
Terima kasih telah menjaga terang bangsa.
Semoga Allah menjaga langkah kalian, memberikan keselamatan dan kekuatan bagi kalian yang memperjuangkan cahaya untuk rakyat.
Karena selama listrik menyala, harapan akan selalu hidup
Penulis AZHARI