Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Mengenal Sosok Al-Marhum Tgk. H. Ibrahim Bardan (ABU PANTON).

Kamis, 16 April 2020 | 19:28 WIB Last Updated 2020-09-21T06:41:26Z

Tgk H Ibrahim Bardan yang lebih dikenal  masyarakat aceh umumnya dengan sebutan Abu Panton, seorang ulama kharismatik yang dihormati dan disegani di seluruh penjuru Aceh. Ulama kelahiran kampung Matang Jeulikat Kecamatan Seunuddon Kabupaten Aceh Utara pada tahun 1945, beliau belum bisa mengecap dunia pendidikan umum berawal dari dibakarnya Sekolah Rakyat (SR) tempat di mana ia mengenyam pendidikan pertama pada 1953, oleh pihak yang sedang berkonflik masa itu. Akibat dari itu, tidak ada lagi pendidikan di kecamatan Seunuddon, Aceh Utara waktu itu, namun anak-anak usia sekolah di daerah itu masih beruntung dapat belajar mengaji dari janda-janda tua dan imam meunasah setempat.


Beliau sempat berkeinginan untuk menuntut ilmu di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry pada 1963, meskipun tidak pernah merasakan pendidikan formal, namun keinginan itu hanya tinggal impian sahaja. Meskipun tidak mengeyam pendidikan formal, Abu Panton menjadi sosok  yang berpengaruh dan berkiprah luas dengan kegiatan padat mulai dari memberi ceramah keagamaan dan diskusi ilmiah bahkan diundang menjadi peserta dan pembicara dalam  seminar baik di tingkat nasional maupun internasional.

Semasa hidupnya Abu Panton, sempat mengaku dirinya jahil (bermakna bodoh dalam bahasa Arab) ini karena akibat konflik yang berkepanjangan di Aceh. “Saya jahil bukan karena malas tapi karena konflik yang membuat miskin sehingga tidak bisa mengenyam pendidikan formal,” Ucap Abu. “Saya belum ada apa-apanya dibandingkan kawan-kawan semua,” kata Abu merendah. Beliau mengaku hidup dalam keadaan trauma akibat konflik bersenjata dan berkepanjangan, setiap kali diantar pergi untuk belajar mengaji ke dayah – dayah (pesantren) di Aceh selalu merasakan konflik. “Saat itu beliau tidak memiliki cita – cita karena kalau menjadi guru akan dibunuh sementara menjadi ulama juga dikejar -kejar. “Sekarang beliau juga belum merasa damai meskipun kesepakatan (MoU) damai sudah ditandatangani. Hati saya masih berdebar-debar, khawatir kapan akan terjadi lagi konflik karena damai hanya antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bukan dengan rakyat Aceh,” tambah Abu.

Meskipun konflik bersenjata telah usai berakhir tetapi konflik politik maupun konflik lainnya belum berakhir, kerap terjadi dalam kehidupan masyarakat Aceh. “Contohnya seperti sekarang banyak terjadi perceraian, itu karena konflik dalam rumah tangga,” ujarnya. Kepahitan peristiwa konflik hampir dirasakan oleh semua pihak, baik generasi tua maupun generasi muda. Sekarang pun sisa-sisa kepedihan itu masih tergores atau dirasakan oleh sebagian masyarakat kita. Mungkin karena itu, masalah konflik ini telah menjadi perhatian para ulama, yang salah satu diantaranya adalah Abu Panton. Tepat sekitar pukul 18.30 WIB, Senin 29 April 2013. Aceh kembali berduka, Ulama Aceh Dalam Sejarah selaku Ulama Kharismatik Aceh Abu Panton, telah berpulang ke rahmatullah dan meninggalkan kita semua.

Abu panton, telah sangat berjasa besar dalam menjaga watak Islam dan menjadi benteng di negeri ini. Karenanya kepergiannya, umat di Aceh kehilangan lagi satu sosok “panutan” yang menjadi benteng iman. Sosok ulama yang santun dan istiqamah yang bicaranya lembut, tenang dan berwibawa. Kini, Saat satu demi satu Ulama sepuh Alimul ‘Alamah, Ulama’ul Amiliin, pergi diambil oleh pemiliknya, Allah SWT.

“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu dengan (menghilangkan) akan ilmu itu dengan sekaligus dari (dada) hamba-hamba-Nya. Tetapi Allah Ta’ala menghilangkan ilmu itu dengan mewafatkan alim-ulama sehingga apabila tidak tertinggal satu orang alim pun, manusia akan menjadikan pemimpin-pemimpin dari orang-orang yang bodoh, maka tatkala mereka ditanya (tentang agama), lalu mereka akan berfatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”. (HR Al-Bukhari, At-Tirmidzi).

Nasehat Terakhir Alm. ABU PANTON Di Dayah MUDI MESRA Saat Haul Abon Ke-23.

Nasehat Terakhir Abu Panton Di MUDI – Saat itu jam sudah menunjuki pukul 2 malam, tetapi Abu Panton masih terus menyampaikan nasehat dan mauidhah terhadap seluruh santri MUDI, baik yang masih belajar maupun yang sudah alumni. Disamping banyak menyampaikan nasehat abu juga banyak menyampaikan kisah beliau bersama Abon ketika masih belajar di ma’had. Ketika menceritakan hal ini tidak ada seorang pun yang tidak terharu, bahkan banyak yang tidak sanggup menahan air mata. Ada satu jam lebih abu berbicara di hadapan hadirin yang memadati halaman masjid, beliau berbicara dengan penuh semangat, khusyu’ dan hikmah. Rasanya ini merupakan hal yang paling bermakna dari peringatah HAUL tahun ini disamping hasil mubahatsah tentunya. Kisah beliau bersama Abon. Diatara kisah beliau bersama Abon adalah pada suatu malam beliau mutalaah kitab mazahibul arbaah di dalam balee beuton, tanpa beliau sadari beliau tertidur dengan kitab diatas dadanya.


Ketika sudah larut malam beliau terbangun dan beliau terkejut ketika mendapati Abon sedang duduk di dekat kepalanya. Spontan beliau bangun dan bertanya kepada Abon, “padum na trep ka teungku duk inoe” ? saat itu Abon masih dipanggil teungku. Abon menjawab, “ kalon puteng rukok” ! Abu terkejut ketika melihat puntung rokok sudah banyak dalam asbak dimana ini membuktikan bahwa Abon sudah lama duduk menemaninya tidur. “ peu kitab nyan “ ? Tanya Abon selanjutnya seraya menunjuki ke arah kitab yang ada pada abu, “ kitab mazahibul arbaah teungku, geupeugah taleuk 3 sigoe kheun jatuh satu”. Jawab abu. “ nyan salah “. Komentar abu selanjutnya. Mendengar komentar Abon demikian abu merasa penasaran, sehingga beliau bertanya, “ meunye memang salah peu alasan, inoe kameutuleh lagee nyo”. “ pokok jih nyan salah, kapateh mantong peu yang lon peugah” jawab Abon seraya mondar mandir dalam balee beuton sambil mengapit-ngapitkan kitab mazahibul arbaah yang ada di tangannya. Dengan jawaban Abon yang demikian abu merasa tidak ada yang perlu ditanyakan lagi dan meyakini saja apa yang dikatakan Abon. Tetapi yang lebih mengherankan, kata abu, adalah sambil jalan tersebut, Abon banyak mengucapkan kata-kata seperti orang surah kitab, tetapi abu tidak mengerti satupun maksudnya.

Kapan beliau tahu kebenaran yang telah disampaikan Abon yaitu ketika beliau menunaikan ibadah haji ke baitullah dan membeli satu kitab hadits yang di dalamnya termaktub semua surah yang Abon jelaskan sambil jalan beberapa tahun yang lalu. Pada hal kitab tersebut tidak ada dalam maktabah Abon. Ini berarti jangankan Abon pernah memutala’ah kitab tersebut, mungkin melihatpun tidak. Menurut abu ini adalah salah satu bukti bahwa Abon banyak mendapat ilham dari Allah SWT. MasyaAllah.

Ini hanya sepenggal kisah dan isi pidato beliau saat itu, kami sangat menyesal tidak sempat menulis semuanya, padahal tidak satupun perkataan beliau yang sia-sia. Memang dari nada perkataan dan nasehat beliau itu kami mendapat firasat itu yang terakhir ingin beliau sampaikan. Sering abu menghadiri HAUL dan Bahstul Masail tapi tidak pernah beliau memberikan nasehat sedemikian mengharukan dan penuh hikmah. Cuma saat itu kami tidak berani mengatakan yang macam-macam karena setiap perkataan itu adalah doa. Sedangkan tidak sedikitpun keinginan kita untuk berpisah dengan beliau. Tapi bagaimanapun kita berkehendak hanya Allah SWT yang memutuskan.

Barakallah..Semoga Bermanfaat..!!