Peran Dayah di Langsa: Penjaga Tradisi dan Moral Masyarakat
Di tengah arus modernisasi yang terus menggempur nilai-nilai lokal, Langsa tetap memiliki benteng kokoh yang menjaga warisan leluhur: dayah. Lembaga pendidikan tradisional ini bukan sekadar tempat belajar agama, tapi juga benteng moral, pusat kebudayaan, dan penjaga harmoni sosial masyarakat.
Langsa, yang pernah menjadi pelabuhan penting Kesultanan Aceh, menyimpan sejarah panjang perkembangan Islam di wilayah timur Aceh. Di sepanjang pesisirnya berdiri sejumlah dayah tua, yang menjadi sumber ilmu, peradaban, dan kekuatan spiritual masyarakat sejak berabad-abad lalu. Dari sinilah, wajah Langsa sebagai kota bernuansa religius dibentuk.
Dayah: Sekolah Kehidupan dan Moral
Berbeda dengan sekolah formal, sistem pendidikan di dayah menekankan pentingnya akhlak dan kedalaman ilmu agama. Santri tidak hanya diajarkan membaca kitab, tetapi juga bagaimana berperilaku sebagai manusia yang beradab, taat pada orang tua, hormat pada guru, dan jujur dalam berkata.
Peran ini menjadikan dayah sebagai pusat etika masyarakat. Ketika banyak wilayah lain mulai kehilangan pijakan moral akibat budaya konsumtif dan hedonistik, dayah tetap konsisten mendidik generasi yang mampu membedakan antara kebenaran dan kesesatan. Inilah yang menjadikan dayah bukan hanya relevan di masa lalu, tapi justru sangat dibutuhkan di masa depan.
Benteng Tradisi dan Identitas
Dayah juga berperan penting dalam menjaga tradisi dan bahasa Aceh. Banyak istilah, nadham, hingga hikayat diturunkan dari guru ke murid melalui lisan. Dengan demikian, dayah bukan hanya pusat keilmuan, tapi juga pelestari budaya. Banyak ulama besar Aceh lahir dari lingkungan dayah ini, termasuk di kawasan Langsa yang dikenal dengan jaringan pesantren tua dan pengaruh keulamaan yang kuat.
Tantangan dan Harapan
Meski begitu, peran dayah kini tidak lepas dari tantangan. Modernisasi membawa model pendidikan baru yang lebih berbasis digital dan pragmatis. Banyak anak muda yang lebih tertarik pada kampus-kampus umum daripada menghabiskan waktu bertahun-tahun di dayah.
Namun jika pemerintah daerah mampu merangkul dan memodernisasi sistem dayah tanpa menghilangkan esensinya, maka Langsa akan memiliki keunggulan ganda: cerdas secara intelektual dan kuat secara spiritual.
Langkah ini bisa diwujudkan melalui:
- Integrasi kurikulum dayah dengan pendidikan formal,
- Pendanaan berkelanjutan untuk fasilitas dan pengembangan SDM pengajar,
- Pemberian peran lebih luas kepada alumni dayah dalam urusan pemerintahan lokal dan sosial kemasyarakatan.
Penutup: Menjaga Warisan, Merancang Masa Depan
Dayah adalah warisan peradaban yang tak ternilai. Di Langsa, ia tumbuh seiring dengan denyut kehidupan masyarakat. Ia tidak sekadar lembaga keagamaan, tapi ruh dari kebudayaan pesisir timur Aceh. Menjaga dayah berarti menjaga arah peradaban Langsa agar tetap pada jalur nilai, ilmu, dan keimanan.
Langsa mungkin akan berkembang menjadi kota modern dengan gedung tinggi dan teknologi mutakhir, tapi tanpa dayah dan ruh moralnya, kota ini hanyalah jasad tanpa jiwa.