Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Tukang Potong Rambut dan Kepedulian Pemerintah: Potongan Hidup yang Terlupakan

Senin, 21 April 2025 | 22:28 WIB Last Updated 2025-04-21T15:28:37Z




Oleh: Azhari 

I. Di Balik Gunting, Ada Harapan yang Tak Pernah Digunting

Mereka berdiri di sudut kota, di lorong-lorong pasar, atau di pinggir jalan yang bising. Tukang potong rambut — profesi yang sederhana, namun menyentuh kehidupan setiap orang. Gunting, sisir, dan cermin adalah alat mereka. Tetapi alat paling penting yang mereka punya adalah kesabaran dan keikhlasan.

Mereka bukan sekadar memotong rambut, tapi menjaga harga diri masyarakat kecil. Dari petani, tukang becak, hingga anak sekolah, semua pernah duduk di kursi mereka, menitipkan tampilan, dan kadang juga cerita hidup.

Namun, siapa yang mendengar cerita tukang potong rambut itu sendiri? Siapa yang memotong beban hidup mereka ketika pandemi datang, ketika harga barang melonjak, atau saat kios kecil mereka digusur?


II. Ketika Mereka Terlupakan dalam Rencana Besar

Pemerintah sering menyusun program pemulihan ekonomi, pelatihan kerja, hingga insentif UMKM. Tapi jarang sekali, jika tidak dikatakan tidak ada, program yang menyentuh tukang potong rambut tradisional, terutama yang tak punya kios tetap.

Mereka tidak punya izin usaha, tidak tercatat sebagai UMKM formal, dan sering dipandang sebelah mata. Padahal mereka bekerja setiap hari, menciptakan keindahan, dan menyambung hidup tanpa menggantungkan bantuan.

Bukankah mereka juga warga negara?
Bukankah mereka juga bagian dari denyut ekonomi informal yang menopang jutaan rakyat?


III. Di Aceh, Mereka Juga Penjaga Tradisi

Tukang potong rambut tradisional di Aceh sering kali juga penjaga nilai-nilai budaya. Mereka memotong rambut anak balita dalam kenduri aqiqah. Mereka mengatur rambut pengantin dalam resepsi adat. Di tempat mereka, orang bisa bercakap tentang politik, agama, bahkan keresahan hidup.

Namun kini, banyak yang mulai hilang. Tergerus oleh waralaba barbershop modern, oleh kenaikan sewa lapak, dan oleh abainya kebijakan publik. Padahal banyak dari mereka yang sudah sepuh, tak bisa mengakses digitalisasi, dan hanya berharap penghasilan harian yang makin tidak menentu.


IV. Saatnya Pemerintah Mengubah Arah Perhatian

Jika pemerintah benar-benar ingin membangun ekonomi rakyat, maka tukang potong rambut harus dilihat sebagai bagian penting dari sektor informal yang layak didukung.

Beberapa bentuk kepedulian yang bisa dimulai:

  1. Pemetaan dan pendataan tukang potong rambut tradisional sebagai UMKM mikro non-formal.
  2. Program pelatihan keterampilan dan sanitasi gratis, bukan hanya untuk yang berizin resmi.
  3. Bantuan modal sederhana atau peralatan dasar (gunting, kursi lipat, cermin, tenda portabel) bagi mereka yang masih berpindah-pindah tempat.
  4. Penyediaan lapak tetap tanpa sewa di area publik milik pemerintah daerah.
  5. Pengakuan dan penghargaan sosial, seperti festival tukang potong rambut daerah, untuk mengangkat martabat profesi ini.

V. Gunting Mereka Tak Tajam, Tapi Kehidupan Teriris

Bayangkan seorang bapak tua yang sudah 30 tahun memotong rambut di bawah pohon asam depan terminal. Ia tidak punya BPJS, tidak punya anak buah, dan tak ada pendapatan tetap. Tapi ia tetap tersenyum, tetap menyapa pelanggan seperti keluarga.

Guntingnya mungkin tak tajam seperti dulu. Tapi ketajaman nuraninya melebihi banyak pejabat. Ia tak pernah menipu, tak pernah janji kosong, dan tak pernah korupsi.

Bukankah orang seperti ini seharusnya dirangkul oleh negara, bukan dibiarkan hilang oleh zaman?


VI. Potongan Terakhir: Kepedulian Itu Harus Merata

Negara hadir bukan hanya untuk mereka yang bersuara keras, tapi juga untuk mereka yang hidup dalam diam. Tukang potong rambut adalah salah satu contoh nyata pekerja keras yang jarang mendapat sorotan, tapi justru paling dekat dengan rakyat.

Kepedulian yang utuh harus turun hingga ke lapisan terbawah. Jangan biarkan para tukang potong rambut hidup dari potongan nasib yang makin mengecil, sementara pemerintah sibuk membanggakan angka-angka makro yang tak menyentuh realita.

Bangun sistem yang menyentuh mereka, dan rakyat akan percaya bahwa negara benar-benar memotong ketimpangan, bukan hanya rambut.