Kita semua sepakat bahwa anak adalah karunia. Tapi pernahkah kita bertanya pada diri sendiri: Apakah anakku ini akan menjadi harta yang menyelamatkanku, atau justru racun yang membinasakanku?
Anak Adalah Amanah, Bukan Aksesori
Di dunia yang sibuk dengan pencitraan, banyak orang tua menjadikan anak sebagai pajangan. Pintar, cantik, ranking satu, viral—tapi lupa bahwa Allah tak bertanya seberapa populer anakmu, tapi seberapa bertakwanya ia. Anak bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dipersiapkan menjadi insan bertauhid.
Kisah Nyata: Antara Berkah dan Penyesalan
Ada seorang ayah kaya raya yang membanggakan anak-anaknya. Mobil mewah, pendidikan luar negeri, hidup serba cukup. Tapi ketika sakit keras dan ajal mendekat, tak satu pun anaknya datang menjenguk. Bahkan hartanya diperebutkan sebelum ia dikubur.
Di sisi lain, ada tukang becak tua yang tak punya apa-apa, tapi ia mendidik anaknya dengan sabar dalam shalat, sopan santun, dan kejujuran. Saat ia wafat, anaknya menyumbangkan masjid atas namanya. Doa tak putus. Nama baiknya hidup di bumi, dan—insya Allah—juga harum di langit.
Anak yang Saleh: Warisan Tak Ternilai
Rasulullah SAW bersabda:
> “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Anak yang baik tak hanya menolong di dunia, tapi juga menjadi tabungan pahala yang terus mengalir saat kita tak lagi mampu beramal.
Sebaliknya, jika anak menjadi durhaka, penyebab maksiat, atau menjauh dari agama karena kelalaian kita dalam mendidik, maka itu bisa menjadi penyesalan abadi.
Penutup: Pilihan Ada di Tangan Kita
Anak bisa jadi harta, bisa juga jadi racun. Semua tergantung bagaimana kita memperlakukannya hari ini. Didiklah mereka dengan ilmu, kasih sayang, dan teladan. Jangan biarkan dunia membentuk mereka tanpa arah. Karena kelak, bukan hanya mereka yang ditanya—tapi kita juga.
> “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (QS. At-Tahrim: 6)