Oleh: Azhari
Aceh, tanah rencong yang penuh sejarah perjuangan, pernah mencatatkan nama-nama besar dalam lembaran emas nusantara. Dari Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, hingga Sultan Iskandar Muda — para tokoh ini menjadi bukti bahwa Aceh pernah berdiri gagah sebagai negeri yang disegani. Namun kini, di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, muncul satu pertanyaan besar: Siapa yang akan membawa Aceh ke gerbang kemajuan di masa depan?
Jawabannya sederhana: pemuda Aceh.
Aceh dan Warisan Tantangan
Sejak masa konflik hingga era damai pasca MoU Helsinki, Aceh masih menghadapi berbagai persoalan sosial, politik, dan ekonomi. Kemiskinan, pengangguran, lemahnya sektor pendidikan, hingga buruknya tata kelola pemerintahan menjadi warisan problematika yang belum sepenuhnya teratasi.
Namun di balik tantangan itu, Aceh juga menyimpan potensi besar: generasi muda yang cerdas, kreatif, dan penuh semangat. Inilah peluang yang seharusnya diambil alih oleh pemuda Aceh untuk mengukir sejarah baru bagi tanah kelahirannya.
Pemuda Sebagai Agen Perubahan
Sejarah dunia telah membuktikan bahwa perubahan besar lahir dari tangan anak muda. Lihat saja Indonesia merdeka berkat keberanian pemuda di tahun 1945. Revolusi digital global juga digerakkan oleh ide-ide segar dari generasi muda.
Begitu pula Aceh, jika ingin maju, harus memberi ruang luas bagi pemuda untuk berperan aktif, bukan hanya sebagai pelengkap demokrasi, tapi sebagai penggerak utama pembangunan. Pemuda Aceh hari ini harus berani tampil, menyuarakan gagasan, memulai gerakan sosial, membangun komunitas, serta aktif dalam pengambilan keputusan politik dan ekonomi.
Kemajuan Butuh Ide, Bukan Hanya Kritik
Sudah saatnya pemuda Aceh tak hanya sibuk mengkritik di media sosial. Lebih dari itu, pemuda harus hadir dengan gagasan-gagasan segar untuk mengatasi persoalan Aceh. Mulai dari ide pengembangan UMKM berbasis digital, pertanian modern, wisata budaya, hingga pendidikan berbasis teknologi.
Pemuda juga harus mengambil bagian dalam pemerintahan, menjadi legislator, birokrat, hingga pemimpin daerah. Jangan hanya jadi penonton saat Aceh diperbincangkan, tapi jadilah pemain utama di panggung perubahan.
Kemandirian Ekonomi dan Digitalisasi
Aceh perlu pemuda yang berani menciptakan usaha, membangun produk lokal, memanfaatkan platform digital, dan membuka lapangan kerja. Di era serba teknologi, potensi pemuda Aceh dalam industri kreatif, konten digital, bisnis online, dan startup bisa menjadi motor penggerak ekonomi baru yang tak bergantung pada dana otsus semata.
Pemuda dan Etika Kepemimpinan
Namun, kemajuan tanpa moral dan etika hanya akan menciptakan pemimpin korup di usia muda. Oleh karena itu, penting bagi pemuda Aceh membangun karakter kepemimpinan yang jujur, amanah, visioner, dan berpihak kepada rakyat kecil.
Pemuda harus menjadi pemimpin yang bukan hanya pandai berkata, tapi juga berani bertindak. Bukan hanya mengejar jabatan, tapi benar-benar ingin membangun Aceh yang lebih baik untuk semua.
Akhir Kata
Masa depan Aceh bukan milik generasi tua, tapi milik generasi muda yang hari ini sedang belajar, bekerja, berjuang, dan bermimpi. Jangan biarkan kesempatan itu hilang karena malas bergerak. Jangan biarkan sejarah mencatat bahwa pemuda Aceh hanya pandai mengeluh tanpa pernah berbuat apa-apa.
Karena kemajuan Aceh sesungguhnya ada di tanganmu, anak muda. Mulailah dari diri sendiri, dari lingkungan kecil, dari hal sederhana, dan dari sekarang. Jangan tunggu panggilan, tapi ciptakan peranmu sendiri. Sebab Aceh hari esok, ditentukan oleh keberanianmu hari ini.