Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Peluang Revitalisasi Baitul Mal di Era Digital

Minggu, 11 Mei 2025 | 03:26 WIB Last Updated 2025-05-10T20:26:49Z

:



Oleh: Azhari 

Di tengah perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat, lembaga-lembaga berbasis syariat di Aceh dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana tetap relevan dan berdampak nyata bagi masyarakat di era digital. Salah satu lembaga penting itu adalah Baitul Mal, sebuah institusi keuangan sosial Islam yang memiliki akar kuat dalam sejarah pemerintahan Islam di Aceh, namun kini dituntut untuk beradaptasi dan berinovasi.

Baitul Mal tak hanya sekadar lembaga pengelola zakat, infak, sedekah, dan harta wakaf, tetapi juga instrumen strategis dalam mengentaskan kemiskinan, memberdayakan umat, dan membantu pemerintah menjalankan program kesejahteraan sosial.

Peran Historis Baitul Mal di Aceh

Sejak masa Kesultanan Aceh Darussalam, konsep Baitul Mal telah menjadi bagian dari sistem pemerintahan. Baitul Mal kala itu tidak sekadar lembaga keuangan, melainkan pusat distribusi kekayaan negara untuk rakyat miskin, anak yatim, pelajar, syuhada, dan pembangunan fasilitas publik. Kini, Baitul Mal Aceh memiliki peran yang serupa, namun harus dijalankan dengan pendekatan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern.

Tantangan Baitul Mal di Era Digital

Di era digital, kebutuhan masyarakat terhadap layanan keuangan yang cepat, transparan, dan akuntabel semakin meningkat. Di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk menghadirkan program-program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi yang efektif dan tepat sasaran. Sayangnya, Baitul Mal di beberapa daerah masih terjebak dalam pola birokrasi konvensional, minim inovasi teknologi, dan kurang akrab dengan platform digital.

Beberapa tantangan yang dihadapi Baitul Mal saat ini antara lain:

  1. Kurangnya Digitalisasi Sistem Pengelolaan
    Banyak pengelolaan dana zakat, infak, dan wakaf masih dilakukan secara manual, sehingga rawan terhadap ketidaktepatan sasaran dan lambat dalam distribusi.

  2. Minimnya Platform Digital untuk Donasi dan Pelaporan Publik
    Belum semua Baitul Mal menyediakan aplikasi atau layanan daring yang memudahkan masyarakat menyalurkan donasi dan memantau laporan penggunaan dana.

  3. Kurangnya Kolaborasi dengan Program Pemerintah Berbasis Digital
    Padahal, Baitul Mal bisa menjadi mitra strategis dalam berbagai program digital pemerintah seperti data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS), UMKM digital, atau program beasiswa daring.

Peluang Revitalisasi Baitul Mal di Era Digital

Di balik tantangan itu, sesungguhnya terdapat peluang besar bagi Baitul Mal untuk bertransformasi menjadi lembaga keuangan sosial Islam berbasis digital yang kuat dan modern.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Pengembangan Aplikasi Donasi Digital
    Masyarakat Aceh saat ini mayoritas pengguna smartphone. Baitul Mal bisa mengembangkan aplikasi zakat, infak, dan sedekah daring dengan kemudahan transaksi serta informasi laporan dana secara real-time.

  2. Integrasi Data Penerima Manfaat dengan Data Sosial Pemerintah
    Kolaborasi dengan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan Dinas Kesehatan dalam mengakses data masyarakat miskin dan rentan akan membuat distribusi dana lebih tepat sasaran dan transparan.

  3. Program UMKM Digital Berbasis Dana Zakat Produktif
    Dana zakat produktif bisa disalurkan kepada pelaku usaha mikro melalui platform digital. Selain itu, Baitul Mal bisa membangun marketplace berbasis syariah untuk membantu pemasaran produk UMKM binaannya.

  4. Beasiswa Digital Berbasis Prestasi dan Data Sosial
    Baitul Mal bisa menyalurkan beasiswa berbasis digital, di mana penerima dipilih dari data siswa berprestasi yang kurang mampu, dan proses seleksi hingga penyaluran dana dilakukan secara daring.

  5. Pelayanan Konsultasi dan Edukasi Keuangan Syariah Online
    Sebagai bagian dari pemberdayaan umat, Baitul Mal bisa membuka layanan konsultasi keuangan syariah daring, edukasi wakaf produktif, hingga pelatihan literasi keuangan berbasis syariat.

Baitul Mal Sebagai Mitra Pemerintah Mewujudkan Kesejahteraan Sosial

Pemerintah Aceh saat ini memiliki program-program strategis dalam rangka menekan angka kemiskinan, memperluas akses pendidikan, serta mendorong perekonomian rakyat. Jika Baitul Mal mampu mengelola dana umat secara modern dan transparan berbasis digital, maka lembaga ini dapat menjadi mitra utama pemerintah dalam mewujudkan misi tersebut.

Di antaranya:

  • Penyaluran zakat konsumtif kepada masyarakat miskin terdampak bencana atau pandemi.
  • Pembiayaan modal usaha kecil berbasis zakat produktif.
  • Pembangunan fasilitas umum berbasis wakaf digital, seperti rumah singgah, klinik, atau pusat pelatihan gratis.
  • Pelaksanaan program subsidi pendidikan, kesehatan, dan bantuan biaya hidup bagi anak yatim dan dhuafa.

Penutup: Saatnya Baitul Mal Aceh Melek Digital

Sudah saatnya Baitul Mal di Aceh berbenah dan bertransformasi menjadi lembaga keuangan sosial digital yang transparan, profesional, dan adaptif terhadap kebutuhan zaman. Teknologi digital bukanlah ancaman bagi tradisi syariat, melainkan alat untuk memperluas kemaslahatan dan keadilan sosial.

Dengan dukungan pemerintah daerah, masyarakat, dan ulama, Baitul Mal bisa menjadi kekuatan strategis dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat Aceh secara berkelanjutan. Karena, sejatinya Baitul Mal bukan sekadar lembaga pengumpul zakat, melainkan penjaga keseimbangan sosial dan benteng terakhir ekonomi umat di tengah gempuran zaman.