Wahai anak cucuku…
Dari balik liang lahad yang sunyi, dari jejak-jejak benteng tua yang mulai ditelan lumut, aku — salah seorang Raja Aceh yang pernah memerintah bumi Serambi Mekkah ini — menitipkan satu wasiat kepada kalian tentang arti kepemimpinan.
Ketahuilah… Pemimpin itu bukan semata orang yang berdiri di atas kursi megah. Bukan orang yang dielu-elukan di hadapan massa, lalu lupa bahwa di balik setiap pangkat ada amanah yang kelak akan ditimbang di hadapan Allah.
Kami, para Sultan Aceh, mewasiatkan:
1. Jadilah Pemimpin yang Berilmu
Pemimpin tanpa ilmu ibarat nakhoda tanpa kompas. Aceh dulu disegani bukan karena pedangnya saja, tapi karena di belakang Sultan berdiri para ulama, orang bijak, dan guru yang membimbing. Jangan jadikan kekuasaan tanpa ilmu, karena itu pangkal kerusakan.
“Orang pintar tanpa akhlak lebih berbahaya daripada orang bodoh.”
2. Utamakan Keadilan di Atas Segalanya
Kami dulu mengadili perkara tanpa memandang kerabat atau orang asing. Tidak kami tunda karena emas, tidak kami condongkan karena kekerabatan. Pemimpin zalim adalah sebab hancurnya negeri. Maka aku titipkan, jangan wariskan ketidakadilan kepada anak cucumu.
Seperti kata Iskandar Muda:
“Seorang raja yang zalim lebih buruk dari penjajah asing.”
3. Berani Berkata Benar Meski Sendiri
Celakalah pemimpin yang takut berkata benar, lebih memilih popularitas ketimbang kebenaran. Ketahuilah, diamnya orang baik adalah kemenangan bagi kebatilan. Pemimpin itu harus berani menegakkan syariat dan adat meski harus menanggung resiko.
4. Jangan Khianati Amanah Rakyat
Tahta itu titipan. Jabatan itu pinjaman. Pengkhianat amanah rakyat akan dilaknat oleh bumi yang dipijak dan langit yang menaunginya. Aceh dulu hancur bukan karena kekuatan musuh, tapi karena pengkhianat di dalam istana.
Wasiatku, jangan kalian ulang sejarah itu.
5. Dahulukan Marwah Negeri, Baru Kepentingan Diri
Jangan jadikan Aceh alat tawar-menawar politik. Jangan jual kehormatan negeri demi kursi. Kami, para Sultan Aceh, rela kehilangan nyawa demi mempertahankan marwah bangsa. Apalah artinya jabatan bila nama baik Aceh ternoda.
Refleksi Hari Ini
Wahai anak cucuku…
Lihatlah sekelilingmu. Apakah pemimpinmu hari ini seperti yang kami wasiatkan?
Masihkah mereka adil? Masihkah mereka berilmu? Ataukah lebih sibuk memuaskan nafsu kekuasaan daripada menjaga marwah rakyat?
Wasiatku ini jangan hanya kalian baca, tapi tanamkan dalam hati. Didik anak-anak kalian untuk kelak menjadi pemimpin yang menjaga amanah rakyat, menjaga adat, syariat, dan marwah negeri.
Karena pemimpin bukan diwariskan oleh keturunan, tapi lahir dari keberanian, ketulusan, dan kejujuran.
Dari Aku, Raja Aceh Yang Telah Pergi
Untuk Kalian, Pemimpin Aceh Masa Depan