Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Studi Islam sebagai Disiplin Ilmu yang Memandu Peradaban

Kamis, 24 Juli 2025 | 20:40 WIB Last Updated 2025-07-24T13:40:39Z


Dalam khazanah keilmuan dunia, Studi Islam bukan hanya sekadar pelajaran agama yang menekankan ritualitas ibadah, melainkan sebuah disiplin ilmu yang menyeluruh dan mencakup berbagai bidang kehidupan. Studi Islam adalah medan ilmiah yang mengkaji wahyu Ilahi dalam kerangka sejarah, filsafat, hukum, budaya, sosiologi, ekonomi, hingga politik, dengan pendekatan yang rasional dan kontekstual. Dalam masyarakat Aceh khususnya, yang telah lama menjadikan Islam sebagai basis identitas dan moral publik, Studi Islam adalah fondasi intelektual yang perlu terus dikembangkan dan direformasi agar mampu menjawab tantangan zaman.

Studi Islam: Lebih dari Fikih dan Akidah

Banyak yang memaknai Studi Islam sebatas pengajian fikih atau kajian akidah di dayah dan masjid. Padahal, secara akademis, Studi Islam mencakup metodologi tafsir, pemikiran kalam, ushul fiqh, falsafah Islam, sejarah peradaban Islam, hingga studi kontemporer tentang demokrasi Islam, gender dalam Islam, dan etika lingkungan. Dengan pendekatan interdisipliner, Studi Islam membangun dialog antara teks dan konteks, antara wahyu dan realitas, antara iman dan ilmu.

Dalam konteks Aceh, pendekatan ini penting untuk memperkuat Qanun Syariat, memperhalus pelaksanaan hukum, serta menghidupkan kembali semangat keilmuan seperti pada masa Sultan Iskandar Muda yang menjadikan Aceh sebagai pusat pendidikan Islam di Asia Tenggara.

Studi Islam dan Akal Sehat

Disiplin Studi Islam juga memberikan ruang besar bagi rasionalitas dan nalar kritis. Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, hingga Ibn Rusyd adalah contoh ulama besar yang memadukan teks suci dengan daya nalar dalam merumuskan hukum dan etika. Sayangnya, di beberapa tempat, Studi Islam justru dikerangkeng dalam literalitas tanpa konteks, hingga menutup ruang ijtihad dan pembaruan.

Dalam masyarakat yang terus berubah, Islam tak cukup disampaikan secara dogmatis. Dibutuhkan pendekatan yang memanusiakan manusia dan menyejahterakan umat. Itulah semangat maqashid syariah yang menjadi jiwa Studi Islam: menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.

Studi Islam Sebagai Pilar Transformasi Sosial

Studi Islam tidak hanya berfungsi di dalam kelas, tetapi harus menjadi motor transformasi sosial. Lulusan bidang ini seharusnya bukan hanya jadi dai atau ustaz, tetapi juga akademisi, pembuat kebijakan, jurnalis, dan aktivis sosial yang membawa nilai-nilai Islam ke dalam ruang-ruang publik secara bijaksana dan inklusif.

Di era disrupsi digital, ketika anak muda Aceh semakin jauh dari nilai-nilai keislaman yang substansial, Studi Islam harus menjadi jembatan antara nilai dan zaman. Ia tidak boleh ketinggalan dalam diskursus media sosial, teknologi, dan budaya pop. Justru dari sinilah Islam perlu hadir secara solutif dan menggugah.

Studi Islam Bukan Studi Biasa

Aceh butuh kebangkitan intelektual berbasis Islam. Tapi Islam yang dimaksud adalah Islam yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan, mendukung perdamaian, membela keadilan, dan menyejahterakan rakyat. Untuk itulah Studi Islam sebagai disiplin ilmu harus dimuliakan, direformasi, dan diberi ruang luas di sekolah, kampus, dan ruang publik. Di tangan generasi muda yang belajar Islam dengan akal dan hati, akan lahir kembali peradaban besar dari Serambi Mekkah ini.