:
Oleh: Azhari
Ada satu momen paling agung dalam hidup manusia yang sering luput dari perenungan: kematian. Ia pasti datang, tanpa bisa ditawar, tanpa bisa dimajukan atau ditunda. Tapi sedikit sekali orang yang sungguh-sungguh memikirkan bagaimana cara meninggal yang baik, bukan hanya soal kapan dan di mana. Kita sibuk mengejar banyak hal di dunia, namun lupa menyusun impian sederhana tentang akhir yang layak kita perjuangkan.
Dalam Islam, Rasulullah SAW mengajarkan salah satu amalan yang agung: sujud syukur. Sebuah sujud tanda terima kasih kepada Allah atas nikmat, kabar gembira, keselamatan, atau keberkahan yang datang tiba-tiba. Di saat seorang hamba merunduk dalam sujud syukur, saat itulah ia dalam posisi paling dekat dengan Tuhannya. Semua keangkuhan dunia runtuh di hadapan keagungan-Nya.
Lantas saya merenung, bukankah kematian yang paling indah adalah saat seorang hamba sedang bersujud syukur? Meninggalkan dunia saat sedang dalam posisi paling rendah di hadapan Allah, saat hati penuh rasa syukur, saat mulut basah dengan doa dan zikir, bukan dalam keadaan lalai, marah, atau penuh keluh kesah.
Impian Tentang Kematian yang Tenang
Manusia wajar memiliki impian duniawi: ingin sukses, ingin dihargai, ingin bahagia. Tapi jarang yang punya impian bagaimana ingin meninggal. Padahal, kematian adalah pintu gerbang abadi. Alangkah indahnya jika kita bisa berharap dan berdoa, “Ya Allah, jadikanlah akhir hidupku dalam keadaan husnul khatimah, dalam keadaan bersujud syukur, atau dalam kebaikan di atas jalan-Mu.”
Impian sederhana ini bukan soal drama kematian di masjid, di malam Jumat, atau saat azan berkumandang. Tapi soal siapakah diri kita saat detik-detik itu datang. Apakah kita dalam keadaan suci hati, penuh syukur, atau malah sibuk mengeluh dan menggenggam dunia yang tak dibawa mati?
Sujud Syukur: Mengikis Kesombongan Diri
Dalam hidup, manusia kadang terlalu mudah mengaku diri kuat, terlalu bangga atas pencapaian, dan terlalu cepat lupa bahwa semua adalah titipan. Sujud syukur hadir untuk mengembalikan kesadaran itu. Bahwa sejatinya, tidak ada satu pun pencapaian atau kabar baik yang datang karena kekuatan kita semata.
Saat seseorang bersujud syukur atas rezeki, kesembuhan, atau kemudahan, sebenarnya ia sedang meruntuhkan benteng kesombongan dalam dirinya. Ia sedang berkata kepada dunia: “Aku bukan siapa-siapa. Ini semua milik Allah.”
Dan bayangkan, betapa indahnya bila kita mengakhiri hidup dalam kondisi demikian. Saat tubuh rebah dalam sujud syukur, saat hati hanya terisi oleh rasa terima kasih kepada Allah, dan saat jiwa benar-benar pasrah meninggalkan dunia dalam ketenangan.
Kematian Akan Datang, Tapi Kitalah yang Menentukan Isinya
Kematian tidak bisa ditunda. Tapi cara menghadapi kematian bisa kita persiapkan. Tidak ada yang tahu akhir hayatnya, tapi setiap detik bisa jadi jalan menuju husnul khatimah. Setiap sujud syukur, setiap zikir, setiap istighfar yang kita ucapkan bisa menjadi bekal menghadapi hari terakhir.
Kita boleh bermimpi menjadi orang sukses. Tapi jangan lupa, milikilah juga impian tentang kematian yang baik. Bukan dengan berharap ajal segera datang, tapi dengan berusaha mengisi waktu yang ada dengan kebaikan dan sujud syukur. Karena yang akan abadi bukan harta, jabatan, atau popularitas, tapi amal dan doa orang yang mengenang kita setelah mati.
Penutup: Impian Paling Indah dalam Hidup
Di dunia ini, kita boleh mengumpulkan banyak mimpi. Tapi di antara itu semua, jangan lupa sisipkan satu impian paling agung: ingin meninggal dalam keadaan baik di hadapan Allah. Bila bisa, biarlah ajal menjemput saat kita bersujud syukur, saat mulut masih basah dengan doa, saat hati bersih dari dendam, dan saat tangan pernah berbuat baik kepada sesama.
Karena di akhirat nanti, jabatan, kekayaan, dan popularitas hanya akan jadi cerita lama. Yang abadi adalah bekas sujud kita, bekas syukur kita, dan amal yang ringan tapi ikhlas.
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan hanya untuk dunia. Mari kita perbanyak sujud syukur, kita isi hari dengan kebaikan, dan kita titipkan impian kepada Allah agar dipanggil dalam keadaan baik — mungkin dalam sujud terakhir.