Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Hidup: Perjalanan Menuju Titik Akhir

Senin, 11 Agustus 2025 | 21:08 WIB Last Updated 2025-08-11T14:08:43Z




"Pada hari aku dilahirkan, kematianku mulai berjalan, dan dia berjalan mendekatiku perlahan…"
Kalimat ini terdengar sederhana, tetapi menyimpan kesadaran yang jarang dimiliki manusia. Sejak tangisan pertama kita di dunia, jam kehidupan mulai berdetak — bukan menuju awal, melainkan menuju akhir. Setiap detik yang kita jalani adalah langkah yang mengurangi jarak antara kita dan kematian.

Kita sering menganggap kematian sebagai sesuatu yang jauh, misterius, bahkan menakutkan. Padahal, ia adalah satu-satunya janji yang pasti. Tidak ada yang bisa menunda atau mempercepatnya di luar takdir yang telah ditentukan. Ironisnya, justru karena kepastian itulah, kita sering lalai mengisinya dengan hal yang bermakna.

Manusia sibuk mengejar harta, jabatan, dan pengakuan, seakan-akan semua itu akan ikut menemaninya di liang lahat. Kita lupa bahwa yang dibawa hanyalah amal, doa orang yang kita cintai, dan kenangan baik yang kita tinggalkan di hati manusia. Kematian bukan hanya perpisahan fisik, tapi juga ujian terakhir: apakah hidup ini digunakan untuk memberi manfaat atau sekadar mengumpulkan debu kesia-siaan.

Maka, hidup seharusnya dijalani dengan kesadaran akan kefanaan. Bukan untuk membuat kita takut, tapi untuk membuat kita tergesa dalam kebaikan. Jika waktu adalah peluru, maka setiap detik yang kita sia-siakan adalah peluang yang hilang selamanya. Menunda berbuat baik sama saja memberi kesempatan kematian untuk datang saat kita belum siap.

Pada akhirnya, kita tak bisa menebak kapan langkah kematian yang pelan itu akan sampai di depan mata. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyambutnya dengan tenang — karena kita sudah memastikan bahwa perjalanan yang singkat ini diisi dengan hal yang benar, baik, dan berarti.

Hidup adalah perjalanan menuju akhir. Pertanyaannya, saat kita sampai di sana, apakah kita akan menyesal… atau tersenyum?


Penulis Azhari