Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Pejuang Mimpi vs Politisi Transaksional

Minggu, 14 September 2025 | 23:11 WIB Last Updated 2025-09-14T16:11:25Z



Konsep Merdeka Ala Pejuang Mimpi

 Merdeka, Tapi Masih Terikat

Sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa ini selalu mengulang kata “merdeka” dengan bangga. Namun, setelah puluhan tahun merdeka, pertanyaan yang sama selalu muncul: apakah kita benar-benar merdeka? Apakah kita sudah lepas dari segala bentuk penjajahan, baik fisik maupun mental? Ataukah kemerdekaan kita hanya simbolik, sebatas upacara dan slogan? Pertanyaan ini penting karena kemerdekaan yang sejati bukanlah status yang otomatis melekat setelah penjajah angkat kaki; ia adalah sebuah proses panjang untuk melepaskan diri dari ketergantungan, ketidakadilan, dan kemiskinan struktural.

Di titik inilah hadir sosok yang bisa disebut “pejuang mimpi”. Mereka bukan sekadar aktivis atau politisi biasa, tetapi orang-orang yang memperjuangkan nilai dan cita-cita kolektif. Pejuang mimpi hadir untuk mengingatkan kita: kemerdekaan sejati adalah keberanian menolak kemapanan yang tidak adil, keberanian melawan sistem yang meminggirkan rakyat, serta kemampuan menghadirkan harapan baru yang lebih baik.

Merdeka Bukan Hanya Status, Tapi Kesadaran

Dalam praktik politik sehari-hari, kata “merdeka” sering direduksi menjadi sekadar kebebasan memilih dalam pemilu atau kebebasan berpendapat. Padahal, kemerdekaan yang sejati adalah kesadaran rakyat untuk menjadi subjek, bukan objek. Artinya, masyarakat harus punya kuasa untuk mengontrol, mengkritik, bahkan mengganti penguasa jika mereka tidak bekerja. Tanpa kesadaran kolektif ini, kemerdekaan hanya menjadi ritual yang kosong.

Pejuang mimpi memahami bahwa merdeka bukan berarti tanpa aturan, melainkan bebas menentukan arah hidup secara sadar dan bermartabat. Mereka mendorong rakyat untuk melek politik, melek ekonomi, dan melek informasi agar tidak mudah dimanipulasi oleh elite. Dalam pandangan mereka, rakyat yang cerdas adalah fondasi bagi kemerdekaan yang sejati.

Pejuang Mimpi vs Politisi Transaksional

Politik Indonesia kerap dikuasai oleh mereka yang melihat kekuasaan sebagai transaksi. Janji kampanye, program populis, hingga bagi-bagi jabatan menjadi alat untuk mempertahankan pengaruh. Dalam lanskap seperti ini, pejuang mimpi adalah anomali. Mereka hadir dengan gagasan yang tak selalu populer, tetapi punya keberanian untuk berbeda.

Pejuang mimpi menolak kompromi yang mengorbankan kepentingan publik. Mereka sadar, kemerdekaan yang sejati tidak akan lahir jika penguasa mempraktikkan “kemerdekaan” hanya untuk dirinya sendiri, keluarganya, atau kroninya. Konsep merdeka ala pejuang mimpi adalah konsep yang berakar pada keberpihakan pada rakyat, bukan pada modal atau kekuasaan.

Kemerdekaan Ekonomi dan Sosial

Kedaulatan politik tanpa kedaulatan ekonomi adalah ilusi. Bagaimana mungkin rakyat disebut merdeka jika harga pangan ditentukan pasar global, jika tenaga kerja dieksploitasi tanpa perlindungan, atau jika pendidikan bermutu hanya jadi milik segelintir elit? Bagi pejuang mimpi, kemerdekaan harus diwujudkan melalui redistribusi kesempatan, penguatan sektor rakyat, dan keberanian merumuskan kebijakan yang berpihak pada kelompok paling rentan.

Mereka percaya bahwa negara tidak boleh menjadi wasit pasif di pasar bebas. Negara harus hadir melindungi rakyatnya, baik dalam bentuk kebijakan harga, subsidi tepat sasaran, pendidikan gratis, maupun jaminan kesehatan. Semua itu bukan sekadar program populis, melainkan bagian dari konsep merdeka yang sesungguhnya—yakni rakyat berdaya secara ekonomi, bukan hanya secara politik.

Merdeka Sebagai Tanggung Jawab Moral

Kemerdekaan sejati juga memerlukan keberanian moral. Pejuang mimpi mengingatkan bahwa cita-cita bangsa bukan hanya soal kemakmuran, tetapi juga soal keadilan, integritas, dan martabat manusia. Politik yang bebas dari korupsi, birokrasi yang melayani, dan sistem hukum yang adil adalah wajah kemerdekaan yang sesungguhnya.

Dalam pandangan pejuang mimpi, merdeka berarti menolak jalan pintas yang pragmatis jika itu merugikan nilai. Mereka tidak tergoda oleh populisme kosong atau pencitraan semu. Mereka sadar bahwa membangun sistem yang sehat adalah proses panjang, tetapi itulah yang akan menjaga kemerdekaan dari generasi ke generasi.

Menjadi Pejuang Mimpi di Era Digital

Hari ini, medan perjuangan bukan lagi medan perang fisik, tetapi ruang digital, kebijakan publik, dan ruang-ruang diskusi. Pejuang mimpi abad ini bisa muncul dari mana saja: aktivis, jurnalis, akademisi, pengusaha sosial, hingga generasi muda yang menolak menjadi apatis. Mereka membangun kesadaran, menulis, bersuara, mengedukasi, menciptakan inovasi, dan mengorganisir gerakan sosial.

Media sosial bisa menjadi alat perjuangan sekaligus jebakan. Pejuang mimpi memanfaatkannya untuk mengedukasi dan menggerakkan, bukan sekadar membangun citra pribadi. Dengan keberanian dan ketekunan, mereka melawan hoaks, propaganda, dan ujaran kebencian yang merusak kualitas demokrasi.

Refleksi: Merdeka yang Inklusif

Konsep merdeka ala pejuang mimpi adalah kemerdekaan yang inklusif. Ia mengajak setiap warga untuk menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penonton panggung kekuasaan. Dalam konsep ini, kemerdekaan bukan milik segelintir elit politik atau ekonomi, tetapi hak kolektif yang harus terus diperjuangkan dan dijaga.

Generasi muda, yang hari ini sering disebut apatis, sebenarnya menyimpan potensi besar menjadi pejuang mimpi baru. Mereka memiliki akses pada pengetahuan, teknologi, dan jejaring global. Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk bersikap dan komitmen untuk membangun.

Penutup: Memerdekakan Diri, Memerdekakan Bangsa

Kemerdekaan sejati adalah proses yang tidak pernah selesai. Ia memerlukan keberanian untuk bermimpi besar, untuk melawan sistem yang tidak adil, dan untuk mengajak masyarakat bergerak bersama. Pejuang mimpi hadir bukan sebagai pahlawan tunggal, tetapi sebagai pengingat bahwa kemerdekaan adalah tanggung jawab kolektif.

Jika kita ingin bangsa ini berdiri tegak bukan hanya secara simbolik, tetapi juga secara substansial, kita semua harus menjadi pejuang mimpi. Bukan hanya bermimpi, tetapi berjuang untuk mewujudkan mimpi itu. Itulah konsep merdeka yang sesungguhnya—kemerdekaan yang membebaskan, memanusiakan, dan memuliakan.


Penulis Azhari