Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Politik Uang dan Pembusukan Moral Bangsa

Jumat, 17 Oktober 2025 | 01:28 WIB Last Updated 2025-10-17T05:01:23Z




Oleh: Azhari

Politik uang bukan sekadar pelanggaran dalam pesta demokrasi, tetapi penyakit moral yang telah menggerogoti tubuh bangsa hingga ke sumsum terdalamnya. Ia bukan hanya mencederai kejujuran dalam memilih, tapi juga menumbuhkan generasi yang percaya bahwa semua hal bisa dibeli—bahkan suara hati dan masa depan negeri.

Fenomena ini kian hari makin memprihatinkan. Dari desa hingga kota, dari calon legislatif hingga kepala daerah, uang seolah menjadi tiket utama menuju kekuasaan. Padahal, politik semestinya menjadi sarana mulia untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Namun ketika politik dijalankan dengan uang sebagai alat utama, nilai pengabdian bergeser menjadi transaksi dagang. Yang menang bukan lagi yang memiliki gagasan, tapi yang punya isi kantong paling tebal.

Di sinilah letak pembusukan moral itu bermula. Ketika rakyat mau menjual suaranya, ia telah menjual hak suci yang seharusnya digunakan untuk menegakkan kebenaran. Ketika calon pemimpin membeli suara, ia sudah memulai kepemimpinannya dengan dosa sosial. Maka jangan heran bila setelah terpilih, ia hanya akan “mengembalikan modal” dan tidak lagi peduli dengan penderitaan rakyat.

Politik uang menciptakan lingkaran setan: pemimpin membeli suara, rakyat menjual suara, dan keduanya sama-sama kehilangan nilai moral. Demokrasi yang seharusnya menjadi ruang bagi akal sehat, berubah menjadi pasar gelap transaksi kepentingan. Di sanalah nurani rakyat hilang arah, dan cita-cita kemerdekaan yang berlandaskan keadilan sosial tinggal kenangan.

Namun, pembusukan moral ini tidak bisa dibiarkan. Setiap individu harus mengambil peran untuk memutus rantainya. Pendidikan politik yang benar harus dimulai sejak dini—bahwa memilih pemimpin bukan urusan amplop, melainkan tanggung jawab moral dan amanah konstitusi. Media, tokoh agama, dan lembaga pendidikan harus berdiri di garda depan untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.

Bangsa ini tidak akan hancur karena kurang sumber daya, tetapi karena kehilangan moral dalam memimpin. Dan politik uang adalah tanda awal dari kehancuran itu. Saatnya rakyat sadar: tidak ada pembangunan sejati yang lahir dari pemimpin hasil sogokan. Hanya dengan politik bersih dan moral yang kuat, bangsa ini bisa tumbuh dengan bermartabat.