Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Negeri Setengah Merdeka

Kamis, 24 April 2025 | 19:10 WIB Last Updated 2025-04-24T12:10:56Z




Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Wahai para hadirin,
para pejabat yang duduk nyaman di kursi empuk,
dan rakyat yang berdiri dalam peluh,
izinkan aku membacakan satu puisi —
tentang negeri yang katanya merdeka.

Katanya, kita sudah merdeka.
Dari penjajahan Belanda, Jepang, dan segala rupa.
Tapi sampai hari ini aku melihat
penjajahan itu tak benar-benar lenyap,
ia hanya berganti wajah —
bernama korupsi, keserakahan, dan pengkhianatan.

Di pelosok negeri,
petani masih memanggul cangkul tanpa harga yang pasti,
nelayan dihantui laut yang dipagari konglomerasi,
dan buruh pabrik menangis di punggung jam kerja,
karena upah tak pernah cukup untuk makan anak istri mereka.

Katanya, negeri ini demokrasi.
Tapi di jalanan suara rakyat ditangkapi,
di media sosial kritik dipenjara,
sementara di gedung mewah sana
para elit tertawa, berbagi jatah dan proyek sandiwara.

Katanya, ini negeri hukum.
Tapi hukum hanya tajam ke bawah,
tumpul ke atas,
tajam bagi rakyat kecil,
tumpul bagi maling anggaran yang memakai dasi di layar kaca.

Wahai para penguasa,
jangan bangga dulu dengan pidato kemerdekaan,
jika di baliknya masih banyak anak yatim kelaparan,
jika keadilan hanya diperdagangkan,
dan suara rakyat masih kalian anggap angin lalu.

Aku menunggu
kemerdekaan yang tak hanya di atas kertas,
tapi di perut rakyat,
di hati buruh,
di ladang petani,
di rumah-rumah kecil yang tak takut lagi gelap karena tak mampu bayar listrik.

Aku menunggu,
hari di mana negeri ini benar-benar merdeka.
Bukan sekadar bendera merah putih di tiang tinggi,
tapi merah di hati dan putih di nurani.

Sekian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.