Foto copas Facebook
Oleh: Azhari
Dalam kehidupan manusia, cinta dan asmara adalah anugerah yang paling membahagiakan sekaligus paling menantang. Ia hadir membawa harapan, mengisi ruang hati yang kosong, serta menghidupkan semangat di saat lelah menyapa. Namun, betapa banyak cinta yang kandas di tengah jalan, asmara yang berubah luka, hanya karena tak memiliki tempat yang sah untuk berlabuh. Di sinilah pentingnya makna bersatu sayang, berpadu asmara dalam ikatan sah.
Asmara: Anugerah yang Harus Dijaga Jalannya
Di era modern ini, cinta dan asmara mudah tumbuh, tapi sering kali sulit dipertanggungjawabkan. Media sosial menjadi ruang bebas untuk menyatakan rasa, namun juga arena terbuka bagi pelanggaran batas-batas etika dan moral. Anak muda bebas bercumbu dalam bayang cinta, tanpa peduli pada ujung dari rasa yang mereka mainkan.
Asmara yang seharusnya membahagiakan, justru menjadi sumber petaka kala dijalankan tanpa arah, tanpa nilai, dan tanpa ikatan yang dihalalkan. Lahirnya kasus perselingkuhan, kehamilan di luar nikah, hingga rusaknya tatanan keluarga di masyarakat, tak lain buah dari asmara yang lepas kendali.
Padahal, dalam tradisi kita — khususnya di Aceh dan dalam syariat Islam — asmara adalah hal yang suci, indah, dan boleh saja dinikmati, asalkan berjalan dalam koridor syariat dan budaya. Bersatu sayang tanpa ikatan, hanyalah kenikmatan sesaat yang ujungnya sering berujung pahit. Tapi berpadu asmara dalam ikatan sah adalah langkah bijak yang menghadirkan ketenangan, keberkahan, dan martabat bagi pelakunya.
Cinta Tidak Hanya Soal Rasa, Tapi Tanggung Jawab
Sering kita dengar orang berkata, “Aku cinta kamu sepenuh hati.” Tapi cinta tanpa tanggung jawab hanya akan menjadi janji kosong. Betapa banyak pasangan yang saling menyayangi, saling mencintai, tapi enggan bersatu dalam pernikahan. Mereka takut komitmen, takut aturan, takut terikat.
Padahal, hakikat cinta sejati justru lahir dari keberanian mengambil tanggung jawab. Karena cinta tanpa keberanian untuk mengikat diri dalam akad yang sah, hanyalah nafsu yang disulap menjadi rasa. Dan cinta yang tidak dinaungi restu agama dan adat, besar kemungkinan berujung pada kerusakan moral, baik bagi individu, keluarga, maupun masyarakat.
Ikatan Sah: Tempat Terbaik Mengabadikan Asmara
Pernikahan bukan hanya tentang prosesi akad dan pesta resepsi. Lebih dari itu, pernikahan adalah wadah legal, moral, dan spiritual untuk menyalurkan rasa cinta. Di situlah asmara menjadi ibadah, pelukan menjadi pahala, dan kebersamaan menjadi ladang surga.
Ikatan sah dalam pernikahan memberi ruang bagi cinta dan asmara untuk tumbuh tanpa rasa takut, tanpa sembunyi-sembunyi, tanpa kecemasan dosa. Suami istri yang saling berpadu asmara dalam ikatan halal akan merasakan ketenangan batin, ketenteraman jiwa, dan ketenangan hati yang tidak bisa ditukar dengan apapun.
Betapa indahnya pasangan yang setiap malam bersandar di pelukan orang yang sah baginya. Betapa nikmatnya mencintai tanpa harus sembunyi, tanpa khawatir dosa, tanpa takut cacian orang. Karena cinta yang disahkan akan menjaga martabat diri, nama baik keluarga, dan kehormatan keturunan.
Budaya Aceh: Menjaga Nilai Cinta dan Asmara
Dalam budaya Aceh, cinta dan asmara ditempatkan dalam ruang yang terhormat. Lelaki yang ingin menunjukkan cinta harus berani meminang. Perempuan yang menerima cinta harus memastikan lelaki itu siap bertanggung jawab. Begitulah adat Aceh menjaga nilai cinta agar tetap bermartabat.
Ketegasan adat ini bukan sekadar pembatas kebebasan, tapi penjaga kehormatan agar generasi tidak hanyut dalam gelombang asmara tanpa arah. Karena orang Aceh percaya, cinta tanpa ikatan hanya akan membawa aib, bukan bahagia.
Saatnya Memuliakan Cinta dengan Pernikahan
Di tengah arus pergaulan bebas yang semakin mengkhawatirkan, sudah saatnya kita kembalikan makna cinta dan asmara pada tempat yang semestinya. Jangan biarkan generasi muda terus terlena dalam pacaran tanpa kepastian, hubungan tanpa status, dan cinta tanpa restu.
Bersatu sayang, berpadu asmara dalam ikatan sah bukan sekadar slogan, tapi sebuah ajakan mulia. Agar cinta yang kita jalani memiliki nilai ibadah, asmara yang kita nikmati mendapat ridha Allah, dan hubungan yang kita bangun mendatangkan keberkahan.
Karena sejatinya, cinta bukan hanya soal rasa, tapi soal keberanian menjaga, merawat, dan memperjuangkannya di jalan yang benar.
Penutup: Merawat Cinta, Menjaga Martabat
Cinta dan asmara adalah anugerah. Tapi anugerah itu akan menjadi musibah jika tidak dijaga jalannya. Bersatu sayang, berpadu asmara dalam ikatan sah adalah solusi terbaik agar cinta menjadi sumber bahagia, bukan luka.
Pernikahan bukanlah penjara cinta, tapi taman di mana cinta bisa tumbuh subur tanpa khawatir dosa, tanpa takut kehilangan martabat. Mari muliakan cinta kita, mari abadikan asmara kita, dalam ikatan yang sah dan bermartabat.
Karena cinta itu fitrah, pernikahan itu sunnah, dan bahagia dalam keberkahan itu tujuan hidup kita.
[