Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Didiklah Anakmu Sebelum Meninggal dan Menyesal

Selasa, 13 Mei 2025 | 21:27 WIB Last Updated 2025-05-13T14:27:37Z





Oleh: Azhari 

Setiap manusia kelak akan wafat. Tak ada yang abadi di dunia ini. Yang tinggal hanyalah amal, jejak kebaikan, dan anak-anak yang ditinggalkan. Lalu, bagaimana bila anak-anak itu tumbuh tanpa ilmu, tanpa budi pekerti, tanpa bekal moral, dan tanpa arahan? Itulah penyesalan yang paling dalam. Sebab orang tua tidak hanya diminta menafkahi anaknya, tetapi juga mendidik, membimbing, dan mengantarkannya ke jalan kebaikan.

Pepatah bijak mengatakan, “Anak adalah titipan, amanah, sekaligus ladang pahala bagi orang tuanya.” Maka, didiklah anak sebelum ajal menjemput, sebelum waktu habis, sebelum hanya bisa menyaksikan mereka terombang-ambing dalam dunia yang penuh tipu daya ini.

Anak Itu Cermin Orang Tuanya

Anak bukan sekadar pewaris nama. Mereka adalah cerminan rumah tempat ia dibesarkan. Jika rumah itu penuh cinta, maka anak tumbuh dengan kelembutan hati. Jika rumah itu diisi ilmu dan akhlak, anak tumbuh dengan adab. Namun jika rumah itu dipenuhi pertengkaran, caci maki, dan ketidakpedulian, jangan heran bila anak itu kelak menjadi duri bagi lingkungannya.

Di masa kini, banyak orang tua terlalu sibuk dengan urusan dunia. Pagi hingga malam memburu harta, gadget menjadi pengasuh, televisi menjadi guru, dan lingkungan menjadi pendidik utama. Padahal Rasulullah SAW telah berpesan, “Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Didikan yang Tertunda Berbuah Penyesalan

Banyak kisah di sekitar kita, seorang ayah kaya raya tapi anaknya pemalas. Seorang ibu terpandang tapi anaknya terjerumus narkoba. Ketika masalah menimpa, barulah orang tua tersentak. Lalu berkata, “Kenapa begini? Di mana salahnya?” Padahal penyesalan itu datang karena saat anak butuh didikan, orang tua abai. Saat anak butuh waktu bicara, orang tua sibuk dengan gawainya. Saat anak ingin belajar agama, orang tua berkata, “Nanti saja, masih kecil.”

Ketika ajal tiba, barulah mata batin terbuka. Ternyata harta yang dikumpulkan itu tidak bisa membimbing anak di alam dunia. Jabatan yang dibanggakan itu tak bisa membentengi anak dari pergaulan buruk. Satu-satunya bekal yang abadi adalah ilmu, adab, dan akhlak yang ditanamkan sejak kecil.

Ilmu Adab Lebih Utama dari Ilmu Akademik

Bukan berarti ilmu akademik tak penting. Tapi tanpa adab, ilmu hanya melahirkan manusia cerdas yang bisa menyakiti orang lain. Lihat saja betapa banyak orang pintar yang korupsi. Betapa banyak pemimpin berpendidikan tinggi yang zalim terhadap rakyatnya. Sebab mereka tumbuh tanpa didikan hati.

Anak-anak kita harus dibimbing sejak dini. Diajarkan sopan santun, diajari makna berbagi, dilatih berkata jujur, diberi pemahaman agama, dan ditanamkan rasa takut kepada Tuhan. Karena mereka kelak akan berdiri di tengah masyarakat. Bila baik anak itu, maka baiklah masyarakat. Bila buruk anak itu, maka rusaklah sekelilingnya.

Warisan Terbaik untuk Anak: Ilmu dan Doa

Dalam hadis disebutkan, “Jika seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR. Muslim)

Bukan rumah megah atau harta bertumpuk yang akan menyelamatkan kita di alam kubur. Tetapi anak yang dididik dengan baik, yang terus mendoakan orang tuanya, yang mengamalkan ilmu kebaikan, itulah bekal abadi. Maka, sebelum ajal menjemput, bekalilah anak-anak kita. Jangan hanya mewariskan harta, tapi tinggalkan ilmu, akhlak, dan keteladanan.

Penutup: Saatnya Orang Tua Berbenah

Hari ini adalah kesempatan. Esok belum tentu kita hidup. Jangan tunda mendidik anak hingga nanti. Ajak mereka salat, ajari mereka membaca Al-Quran, damping mereka dalam suka duka, beri pelukan saat mereka sedih, beri nasihat saat mereka keliru. Sebab kelak, saat kita tiada, yang tinggal hanyalah amal baik dan anak-anak yang pernah kita didik.

Jangan sampai penyesalan itu datang di liang kubur. Jangan sampai kita meratap, “Andai dulu aku lebih memperhatikan anak-anakku.” Karena saat itu, waktu tak bisa diputar ulang.

Didiklah anakmu sebelum meninggal dan menyesal. Sebab anak adalah cermin dirimu, pewaris amalmu, dan penerus nilai-nilai hidup yang kau tinggalkan.