Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa memegang peran penting sebagai alat komunikasi, sekaligus cermin kepribadian dan nilai-nilai yang kita anut. Sayangnya, di tengah derasnya arus pergaulan modern, kita kerap menemukan kata-kata yang merendahkan martabat sesama manusia, salah satunya adalah sebutan "babu". Kata ini sering digunakan untuk menyebut pekerja rumah tangga atau seseorang yang dianggap memiliki derajat sosial lebih rendah. Padahal, setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama di hadapan Tuhan dan sesama.
Bahasa Itu Cerminan Hati
Bahasa bukan sekadar alat tukar pikiran, tetapi juga gambaran isi hati dan karakter seseorang. Orang yang terbiasa menjaga lisan akan terhindar dari menyakiti hati orang lain, sementara mereka yang abai bisa tanpa sadar menorehkan luka melalui kata-kata. Dalam ajaran agama manapun, menjaga ucapan adalah salah satu bentuk ibadah sosial. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.”
Sebutan seperti "babu" bukan hanya menyakitkan, tetapi juga menunjukkan rendahnya etika berbicara. Pekerjaan apapun yang halal dan bermanfaat bagi orang lain patut dihargai. Menjadi pekerja rumah tangga, tukang sapu, buruh, atau tukang parkir bukanlah sebuah aib. Justru, pekerjaan itu membantu banyak orang dan menjadi bagian dari sendi-sendi kehidupan bermasyarakat.
Mewariskan Kebiasaan Baik Lewat Lisan
Kebiasaan berkata sopan adalah warisan mulia yang harus terus dijaga. Sebab, sekali kita membiasakan diri menggunakan kata-kata merendahkan, anak-anak dan generasi muda akan menirunya. Mereka akan tumbuh di lingkungan yang membenarkan pelecehan verbal dan ketimpangan martabat antar manusia. Jika ini dibiarkan, masyarakat akan dipenuhi luka batin, ketidakadilan sosial, dan saling merendahkan.
Padahal, bangsa yang besar adalah bangsa yang rakyatnya saling menghargai, bukan saling menginjak. Seorang pemimpin sejati pun lahir dari masyarakat yang menjunjung tinggi etika dan kesantunan.
Bahasa Mencerminkan Peradaban
Peradaban maju tidak diukur dari banyaknya gedung pencakar langit atau kecanggihan teknologi semata. Ia juga diukur dari bagaimana masyarakatnya memperlakukan sesama manusia. Kata-kata yang baik akan membangun peradaban yang beradab, sementara kata-kata kasar dan merendahkan adalah tanda peradaban yang rapuh.
Sebutan “babu” adalah warisan kolonial yang dulunya digunakan untuk merendahkan kaum pribumi yang bekerja di rumah-rumah kaum elite penjajah. Mestinya, kata itu sudah lama kita kubur dalam-dalam, bersama keangkuhan masa lalu. Di era modern yang menjunjung persamaan derajat, tidak pantas lagi ada istilah yang memosisikan manusia sebagai budak, pesuruh, atau warga kelas dua.
Mari Kita Biasakan Ucapan yang Menghargai
Seyogianya, setiap pertemuan dengan sesama disapa dengan panggilan yang baik: “Kakak, Ibu, Bapak, Saudara, Teman,” atau panggilan lain yang pantas dan membangun keakraban, bukan merendahkan. Jika memang harus menyebut profesi, sebutlah dengan hormat: pekerja rumah tangga, asisten rumah tangga, atau petugas kebersihan. Jangan sekali-kali menyebut orang lain dengan kata-kata yang bisa melukai harga dirinya.
Karena siapa pun kita, apapun pekerjaan kita, kita adalah manusia yang diciptakan dari tanah yang sama, nafas dari Tuhan yang sama, dan akan kembali ke tanah yang sama pula.
Kesimpulan: Mulailah dari Diri Sendiri
Perubahan besar dimulai dari hal-hal kecil. Menghentikan kebiasaan berkata kasar atau merendahkan adalah langkah awal membangun masyarakat yang saling menghargai. Jangan biasakan anak-anak mendengar istilah buruk. Jangan ajarkan rekan-rekan kita untuk menormalisasi ucapan yang menjatuhkan martabat.
Mari kita budayakan bahasa santun, etika mulia, dan akhlak luhur dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, bangsa yang bermartabat lahir dari masyarakat yang saling menghargai, bukan saling menghina.
Jadi, mulai hari ini — jangan pernah lagi katakan ‘babu’ kepada sesama. Sebutlah nama, profesi, atau panggilan hormat yang sesuai. Karena sesungguhnya, mulut kita adalah gambaran hati kita. Jika hati bersih, maka ucapan pun akan meneduhkan.