Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Masih Relevankah KKN Mahasiswa

Sabtu, 19 Juli 2025 | 21:06 WIB Last Updated 2025-07-19T14:06:43Z


Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, namun mengandung makna yang cukup dalam: Masih relevankah program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa zaman sekarang? Pertanyaan ini tidak lahir dari kekosongan, melainkan dari keresahan yang muncul setelah saya sendiri pernah menjalani program ini dan menyaksikan berbagai dinamika di lapangan.

KKN sejatinya adalah ruang pengabdian dan pengaplikasian ilmu. Sebuah momentum penting yang dirancang agar mahasiswa turun langsung ke masyarakat, berbaur, belajar, dan memberi manfaat nyata. Ia adalah pertemuan antara teori yang dipelajari di bangku kuliah dengan realitas kehidupan sosial yang keras dan penuh tantangan.

Namun kini, orientasi itu mulai bergeser. Banyak yang menjadikan KKN bukan sebagai ladang pengabdian, melainkan sekadar formalitas akademik. Bahkan yang lebih memprihatinkan, sebagian mahasiswa lebih sibuk dengan aktivitas dokumentasi untuk media sosial ketimbang refleksi makna dari keberadaan mereka di tengah masyarakat.

Bukan berarti berbagi konten adalah kesalahan. Sah-sah saja mendokumentasikan pengalaman KKN, karena itu juga bagian dari proses. Tapi ketika konten yang muncul lebih banyak menampilkan sisi hiburan, kisah asmara sesama anggota kelompok, atau sekadar "seru-seruan", maka itu menandakan hilangnya substansi. Esensi KKN terancam digantikan oleh euforia sesaat.

KKN bukan wisata. Ia adalah perjalanan belajar sosial yang seharusnya membentuk kepekaan, mengasah empati, dan melahirkan inovasi dari mahasiswa. Masyarakat yang mereka datangi bukan sekadar latar belakang konten, melainkan mitra belajar dan subjek pemberdayaan.

Di sinilah tantangan mahasiswa hari ini: mampukah mereka keluar dari zona nyaman? Mampukah mereka datang dengan hati yang terbuka, telinga yang mau mendengar, dan tangan yang siap membantu, bukan hanya mulut yang pandai berbicara?

Tak kalah penting, peran kampus dan dosen pembimbing tidak boleh dikesampingkan. Sayangnya, realitas menunjukkan bahwa pendampingan dari dosen sering kali hanya bersifat administratif. Ada yang hanya muncul di awal untuk memberi pengarahan, lalu di akhir untuk mengumpulkan laporan. Padahal, pengawasan dan pendampingan yang aktif sangat diperlukan agar proses KKN benar-benar berkualitas dan menghindarkan mahasiswa dari perilaku menyimpang.

Kampus harus mengevaluasi ulang sistem pelaksanaan KKN. Apakah mahasiswa diberi cukup bekal? Apakah tema KKN disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal? Apakah ada pengukuran dampak, bukan hanya laporan teks formalitas?

Jika dilakukan dengan benar, KKN bukan hanya relevan, tapi sangat krusial dalam membentuk kepribadian mahasiswa. Di tengah dunia yang semakin digital dan individualistik, KKN adalah ruang nyata untuk menyentuh kehidupan masyarakat, merasakan denyut persoalan mereka, dan belajar menjadi bagian dari solusi.

KKN adalah laboratorium sosial. Di sanalah mahasiswa belajar tentang kepemimpinan, kolaborasi, kepekaan, dan keikhlasan. Nilai-nilai itu yang akan membedakan mereka kelak ketika terjun ke dunia kerja dan kehidupan sosial.

Kesimpulan 

Jadi, masih relevankah KKN bagi mahasiswa?
Jawabannya: Ya, sangat relevanasalkan dijalankan dengan kesungguhan, pendampingan yang tulus, dan orientasi pengabdian yang nyata. Bila tidak, maka KKN hanya akan menjadi catatan transkrip, tanpa makna, tanpa jiwa.