Notification

×

Iklan

FOTO KEGIATAN

Indeks Berita

Nak, Jika Ayah dan Ibu Sudah Tiada, Jangan Kau Lupa Daratan

Senin, 21 Juli 2025 | 02:15 WIB Last Updated 2025-07-20T19:16:00Z

 Nak, Jika Ayah dan Ibu Sudah Tiada, Jangan Kau Lupa Daratan


Oleh: Azhari 

“Nak, andai ayah dan ibu meninggal… ingatlah, jabatan itu tidak abadi. Kamu akan kembali jadi rakyat biasa. Jangan lupa daratan, Nak. Bantu umatmu, jangan kau zalimi. Allah Maha Pengampun atas dosa-dosamu, lalu kenapa kamu tega berbuat zalim kepada sesama?”

Kalimat ini adalah warisan spiritual yang jauh lebih berharga dari harta. Bukan hanya pesan orang tua, tapi panggilan nurani untuk anak-anak yang hari ini telah menjadi pemimpin, pejabat, atau orang-orang yang sedang berdiri di tempat tinggi, disanjung, dihormati, dan memiliki kuasa.

1. Jabatan Itu Sementara, Kemanusiaan Itu Selamanya

Hari ini kamu mungkin dipanggil Bapak, Ibu, Yang Terhormat, Komandan, Ketua, Gubernur, Bupati, Wali Kota, Menteri… tapi ingat Nak:
Semua itu hanya gelar dunia yang akan tertinggal saat tanah menutupi jasadmu.

Kelak kamu tidak akan dipanggil "Pak Bupati" di hadapan Allah, tapi akan ditanya:

“Apa yang kau lakukan saat engkau diberi amanah untuk memimpin umat-Ku?”

2. Jangan Kau Lupa Daratan Setelah Naik ke Atas

Banyak orang ketika miskin, ia tawadhu. Tapi saat kaya dan berkuasa, ia lupa siapa dirinya dulu. Ia lupa siapa yang mendoakannya. Ia lupa siapa yang pernah lapar bersamanya. Ia lupa siapa yang pernah menyekanya saat sakit: ayah dan ibu.

Nak, andai ayah dan ibu telah meninggal, jangan kau kubur pula semua nilai yang mereka ajarkan. Jangan jadikan kekuasaan sebagai jalan untuk menindas. Jangan berpaling dari rakyat yang dulu ikut menangis bahagia saat kau dilantik.

3. Bantulah Umat, Jangan Kau Dzalimi

Kekuasaan bukan untuk memperkaya diri, tapi untuk memperkuat umat. Jabatan bukan untuk menyiksa, tapi untuk melindungi.
Nak, rakyat bukan tangga yang bisa kau injak kapan pun — mereka adalah titipan Tuhan yang harus kamu jaga dan cintai.

Jangan kau diamkan ketika mereka lapar. Jangan kau tutup telinga ketika mereka menangis karena keadilan tak lagi berpihak. Sebab hari ini kamu bisa menolak panggilan mereka, tapi kelak Allah tidak akan menolak jeritan mereka yang kamu dzalimi.

4. Allah Mengampuni Dosa, Tapi Tidak Kezaliman Terhadap Sesama

Nak, betapa luasnya ampunan Allah. Zina, mencuri, mabuk, maksiat — semua itu bisa diampuni jika kamu bertaubat. Tapi ada satu dosa yang tidak akan selesai sampai orang yang kamu sakiti memaafkanmu:

Zalim terhadap sesama manusia.

Kamu bisa menipu rakyat, tapi kamu tidak bisa menipu Tuhan. Kamu bisa membungkam pengadilan dunia, tapi tidak bisa membungkam pengadilan akhirat.

5. Akhir Hidupmu Akan Menjadi Cermin Segalanya

Ketika jabatanmu habis, siapa yang akan mengingatmu?
Ketika kamu wafat, siapa yang akan mendoakanmu?

Nak, ayah dan ibu mungkin tidak sempat melihatmu jadi besar. Tapi kami selalu berdoa agar ketika kamu besar, kamu tidak melupakan siapa dirimu sebenarnya.
Jangan sampai kau dikenang sebagai pemimpin yang menyakiti. Jadilah pemimpin yang dirindukan — bukan ditakuti, apalagi dikutuk.


Doa Ayah dan Ibu

“Nak… jika kami sudah tidak ada, teruskan perjuangan kami. Jangan menjadi zalim hanya karena kamu bisa. Jangan menjadi sombong hanya karena kamu di atas. Karena kami tidak membesarkanmu untuk jadi penindas. Kami mendidikmu untuk jadi pelayan umat dan kekasih Allah.”

Ingat, nak: jabatan itu singkat. Tapi bekas keadilanmu akan panjang. Bahkan setelah kamu mati, orang masih akan mendoakanmu — atau melaknatmu. Pilihlah jalanmu dengan hati yang bersih.”